Register and get $ 10,000 on a demo account for learning to trade Register

Tradisi, dunia gaib dan nyata

Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated

Tradisi, dunia gaib dan nyata


Kisah kisah perjalanan

Orang kadang bertanya apakah dunia lain itu ada?


Jawabannya ada dua dalam iya kemungkinan?, bisa iya ada, dan bisa iya tidak ada, tergantung konsep pilihan masing-masing individu mau percaya atau tidak, atau juga opsi bisa memilih keduanya percaya-tidak percaya atau setuju dan tidak setuju itu akan condong di pilihan masif karena kemungkinan pertanyaan ini masih bisa terulang.


Sedangkan orang yang tidak percaya hal gaib biasanya percaya baru setelah mencari jawaban dengan cara-cara menurutnya sebuah logika, misalnya gelas yang pecah ditiup angin kencang saat tidak melihat langsung, orang pun berpikir; Oh.. kucing mungkin yang memecahkan gelasnya.,"pikiran alam bawah sadar pun akan menilai itu" di dunia nyata sebagai dasarnya, hal tersebut secara tidak langsung mengabaikan logika teori dimensi lain mungkin akan patah. "bila mengacu ilmu kemungkinan keduanya mempunyai cabang berbeda, misal, Oh memang disini sering terjadi seperti ini sih., lalu orang pun biasanya pikirannya bercampur aduk dengan argumen bawah tempat itu angker" ini tergantung sikap manusianya, manusia bisa juga hanya sebatas menerima pengetahuan dan pengalaman kisah hidup per  individu lalu diceritakan ke putaran orang lainnya. sedangkan percaya tidak percaya adalah konsep opsi jawaban umum yang paling banyak di pilih masyarakat karena itu lebih seksi dibicarakan terlepas benar dan salah.


jika mengacu logika kemungkinan bahwa yang masih percaya Sebuah ruang dimensi kosong dan isi? Mengacu dasar Percaya tidak percaya, benar dan salah, bahwa semua adalah sistematis dari diri manusia dengan latar belakangnya. manusia selalu akan ada dihadapkan persepsi faktor pengaruh tradisi sampai lingkungan yang terjadi di sekitar, hal ini tentu menjadi dasar memilih pemecahan masalah yang berdampak juga penciptaan misteri di lingkungan itu.

percaya atau tidak nya diatur oleh pola kebiasaan manusia, tentang menyangkut hal yang kasat mata"nyatanya" hingga tidak kasat mata sekalipun hanya cerita, dimasa lampau tentu ini menjadi batas-batasnya empiris yang belum terdeteksi termasuk dalam diri manusia sebagai interaksi potensi semesta hari ini.


Sedangkan orang yang percaya dimensi lain beserta aktivitasnya, orang-orang demikian akan mencari-cari jawaban alternatif di antara kedua empiris yang berbeda, diantara dua pemahaman dimensi nyata dan dimensi tidak nyata seperti hulu yang mengalir ke hilir namun dalam tetap dihadapkan mencipta sebuah paham, mereka ini akan mencari cara mengaitkannya kepercayaannya/tradisi/imaji dan sebagainya, seperti kerangka pola berpikir ke dalam individu yang akan memunculkan persepsi kemungkinan-kemungkinan "nyatanya' padahal masih meraba-raba faktanya sekalipun tidak ada sumber yang pasti".


hal itu merupakan pemikiran yang diyakininya tidak nalar oleh sebagian kalangan, kemungkinan seorang mengkonsep yang ada jawabannya telah dikatakan sejak berabad-abad, dari logika pola kemungkinan percaya tidak percaya" hal yang dipastikan akan terulang ulang seolah-olah menjadi peryataan nalar yang mempunyai satu sama sisi gambar dalam koin yang tidak bisa dipisahkan meski berada, begitu pula konseptual, dan sebaliknya hal misteri mampu dimasukkan kedalamnya unsur dalam batas wajar, ini tentu tidak semua sama, disini pun konseptual yang lama tidak hilang semudah membalikkan telapak tangan, konsep yang bukan hal dalam pemikiran yang berulang kali bisa belum tentu berubah menjadi sesuatu baru, dengan tambahan dari suatu konsep pemikiran orang lain, yang kadang dikatakan serupa dalam wadah yang sama, dengan presentasi hal tersebut memiliki kadar tradisi yang berbeda-beda, hal demikian individu biasanya sulit di intervensi. ketika orang lain  mengatakan karena alasan kepercayaannya dan toleransi Dunia gaib, yang selalu berulang kali menjadi bawaan de facato, "spiritual" yang sakral semisal mediasi/komunikator spiritualitas dan cerita latarnya dsb.


Hal demikian membuat orang yang menerima di dimensi dua sisi dalam keberadaannya akan mengalami pola ganda bahkan lebih tidak mungkin tertebak geraknya, jika asal usulnya dari pemilik konsep perilaku spiritual karena masing-masing individu berbeda, ini adalah biasanya di Citrakan orang-orang yang menyambung sepemikiran, "yang pernah mengalami dan hanya mendengar intuisi" di antara pola pikir dengan keadaannya yang berkaitan dalam frekuensi paralel atas peristiwa dimana dimensi dengan dimensi.

faktor-faktor persepsi gaib bisa berbaur atas pemikiran gaib pribadinya seseorang, dan orang yang mendukung persepsi kejadian yang memiliki berbau mistis"cerita masyarakat/urban Legend dan sebagainya, ini bisa menjadi pedoman hal kepercayaan yang sulit dijelaskan tak kala orang yang mampu menjelaskan tentang hal keilmuan dalam konteks spiritual orang yang berbeda-beda yang disebabkan jalan peta pikirannya".


Lalu ada yang bertanya, ada tiga orang dua diantaranya bisa melihat mahluk astral atau roh seseorang yang sudah tiada, dan satu orang itu tidak bisa melihat.

Hal sedemikian rupa tentu sering di jumpai, rata-rata biasanya dari keterangan yang dilihat orang yang konon sepemikiran yang "melihatnya, walaupun hanya mendengar sesuatu tidak kasat atau sekedar merasakan kehadirannya" mereka akan memprogram pikiran dan selanjutnya, merubah dorongan dengan mengatakan argumennya bahwa Seorang telah melihat hal  yang tidak tampak, karena apapun yang didengar dan rasa adalah  kesamaan pola pikir yang sama, hal itu adalah pemantik Dari  membentuknya makhluk-makhluk imaji yang diinginkan otak manusia dari suatu objek dan subjek, hal ini disebabkan hal yang terus  berulang kali mengalami penumpukan bentuk, dengan berbekal rangsangan hal yang samar jika diulang berkali-kali akan menjadi pola seolah-olah kerangka yang ada dalam visual.


namun kekurangannya kadang itu cenderung tidak konsisten, bila menyebutkan detail mahluk yang tidak kasat mata, hal ini bisa disebabkan karena faktor pengalaman, peristiwa hidup hingga dampak lingkungan, sosial, tradisi dsb dengan masing-masing individunya tampaklah kentara, ini bisa dilihat jika pada saat tumbuh di sebagi kanak-kanak hingga dewasa, setiap manusia  pernah mengalami trauma atau faktor pengalaman berbeda, untuk menentukan prilakunya, jika ingin dilacak lebih jauh sampai dewasanya dari prilakunya seseorang, apalagi jika tumbuh di tradisi lokal yang di bandingkan yang tumbuh di luar negeri kinerja pola pikir otak akan menjadi imaji bias bila di samakan dengan pikiran versi masing-masing insan, ketika mereka menentukan yang dikaitkan hal-hal tidak kasat, karena itu bisa terbentur oleh budaya dsb yang berbeda.


Sedangkan orang yang tidak percaya hal gaib, mungkin akan menghindari konsep sedemikian rupa, selain disebabkan faktor-faktor cara pandang yang juga dialami orang yang percaya mistis, sebenarnya juga kemiripannya persis, hanya pengalaman pengulangan sebaliknya saja, dari pola penyesuaian sekitar, dan orang-orang yang tidak percaya cenderung itu tidak ingin berkonfrontasi di kehidupannya, karena konsep kemungkinannya adalah mereka ini sudah final untuk lingkungan menerimanya, perbedaan yang terjadi orang  hanya dapat membuat respect kepada "mereka" yang masih percaya, dan ini akan dilakukan untuk memilih fakta dan mitos di hadapkan opsi percaya tidak percaya, selain itu menjadi konsekuensi pola pikirnya, yang terus berbaur dengan dinamika sehari-hari dalam interaksi satu koneksi frekuensi lingkaran semesta.


namun orang yang tidak percaya hal gaib juga terkadang mencari keberadaan dari " konfrontasinya " yang diciptakan dari spiritualitas yang mereka anggap adalah hanya isapan jempol, itu juga merupakan  cabang dari kerangka berpikir dari setiap sisi diri manusia atas versinya sendiri otodidak dalam mencari hak menjawab "pembuktian" yang tidak berkaitan dengan hal tidak tampak.


padahal jika ditelusuri lebih seksama orang yang sedemikian juga berpijak di antara semu dan nyata "pola kejadian ilusi yang ada di dunia", hal itu merupakan konsep turun temurun generasi sebelumnya, orang percaya konsep  dunia fakta dan fantasi diberikan " hak pola pikirnya sendiri, padahal manusia saat hendak akan mencari pencarian terkait hal yang tidak diketahui tentu wajar akan membentuk jawabannya sendiri meski tidak sempurna seratus persen, dari persepsi demikian yang bisa memutar balikkan pikiran antara nyata dan fana, hal tersebut merupakan alat untuk mengatur sekenario penduduk dimasa lampau yang yang disebabkan tidak tau tentang jawabannya.

Hal yang sedemikian akan tertanam begitu lamanya berabad-abad di alam bawah sadar manusia yang disebut nilai, sebagai konsekwensinya jawaban alternatif yang kemungkinan tidak juga ada dasar-dasar yang kuat versi manusia modern kepada keyakinan lampau".


Pertanyaan percaya tidak percaya adalah konsep misteri hal yang sakral dimasa lampau, tentunya hal ini merupakan babak lama yang belum usai di era modern, percaya untuk tidak percaya gaib dan tidak percaya untuk percaya gaib juga merupakan ujung dari bagian sebuah iklim manusia modern pada umumnya yang akan berulang untuk potensi kemajuan di generasi mendatang, yang nantinya dikarenakan orang yang sehari-hari menjadi terbiasa membiaskan dengan imaji tunggal yang nyatanya kurang pas diterapkan dengan konsep pemikiran dunia lama/ganda karena manusia modern kini hidup diantara pemikiran yang pernah ada di persimpangan tradisi dan pemikiran budaya baru, karena pemikiran baru pun ujungnya kembali ke sebatas pemikiran lama yang terus berulang berputar sebagai konsep imaji gaib yang menjadi kesepakatan pengatur dimasa lampau untuk dijalankan.


Thank you, telah mampir ke blog ini, dan argumen ini hanya merupakan persepsi konsep agar kita tidak menjadi terjebak dengan anekdot yang ada di dunia nyata dan gaib.


Baca lainnya: Kisah kisah perjalanan

Posting Komentar